Selasa, 22 Mei 2012

Peluncuran " Mobil Pustaka Hydron " di Hari Ulang Tahun Perpustakaan Nasional RI

Masyarakat butuh media untuk menyalurkan hobi baca, jangan hanya mengungkapkan pernyataan bahwa masyarakat di indonesia minat bacanya rendah, buktikan dengan cara kita memberikan fasilitas, dan lihat seberapa antusias masyarakat dinegara kita dalam hal membaca.

Perpustakaan merupakan pusat informasi, menjadikan perpustakaan tempat yang nyaman untuk semua, dengan menambahkan beberapa kebutuhan lain dalam perpustakaan akan terasa lebih menarik, misalkan ada sebuah cafee didalam sebuah perpustakaan, mendesain bangunan perpustakaan semenarik mungkin, sehingga para pembaca akan betak berlama-lama di perpustakaan.

Pada hari selasa, 22 mei 2012 bertempat di Perpustakaan Nasional, di jalan salemba raya 28 jakarta, acara talk show tentang perpustakaan di gelar, dalam acara ini dihadiri narasumber dari kepala perpustakaan nasional, Hj Sri Sularsih. Vice Presiden Development and Relation Conoco Philips Indonesia TM Razief Fitri, kepala dinas pendidikan daerah kepulauan anambas yang mewakili bupati kepulauan anambas yang berhalangan hadir, Bpk. Herianto serta dihadiri pula budayawan yang telah menulis beberapa buku dari yogyakarya Sitok Srengenge dan tamu artis, Anya dwinov.

Selasa, 08 Mei 2012

Mengisi libur dengan nonton cerita inspiratif " Obama Anak Menteng "

        












       BARRY adalah nama panggilan Obama kecil yang pada waktu itu dia berusia 9 tahun ketika ia tiba di Menteng. Sebagai anak baru juga latar belakangnya yang campur aduk membuatnya sulit beradaptasi. Persahabatannya dengan anak-anak tetangga, berbeda strata sosial yaitu Slamet dan Yuniardi, serta pembantunya yang banci, Turdi, membawa Barry ke berbagai pengalaman masa kecil yang tidak terlupakan

        Lewat permainan Ping Pong, Monopoli, bahkan main kelereng, membuat Barry semakin akrab dengan Slamet dan Yuniardi. Ia juga memahami kehidupan unik seorang banci bernama Turdi. Hubungan keduanya makin memancing olok-olok anak-anak kampung. Di lapangan sepak bola berlumpur, Barry pun bentrok dengan Carut dan geng-nya

       Semua pengalaman ini mengajarkan pada Barry, selain membuka diri dalam menerima perbedaan, tapi juga menerima dirinya sendiri sebagai orang yang beda seutuhnya. Satu tahun di Menteng membekali Barry dengan pelajaran nilai-nilai yang masih ia pegang sampai ia dewasa. Ketika Barry sudah berhasil beradaptasi dengan lingkungannya, sebuah konflik di rumahnya membuatnya harus pergi meninggalkan Menteng.